Alun-alun ini dirancang dengan pendekatan ruang publik inklusif yang mengangkat nilai-nilai lokal dan budaya Nusantara. Ikon utama berupa instalasi bata merah berbentuk gerbang terbelah menyerupai Candi Bentar, memberikan sentuhan arsitektur tradisional yang kuat sebagai representasi identitas budaya lokal.
Elemen material bata ekspose menjadi pilihan dominan, menciptakan nuansa hangat dan akrab yang mudah diterima oleh masyarakat sekitar. Diperkuat oleh menara jam atau menara landmark vertikal yang menonjol di tengah area, menciptakan penanda visual sekaligus pusat orientasi pengunjung.
Penataan ruang terbuka disusun untuk mendorong aktivitas sosial, rekreasi, hingga interaksi antargenerasi. Jalur pedestrian yang luas, pepohonan rindang, dan tempat duduk publik di berbagai sudut menjadikan alun-alun ini ramah terhadap pejalan kaki, pesepeda, dan pengunjung dari berbagai latar belakang.
Dengan memadukan elemen kontemporer, fungsi urban modern, dan simbol tradisional, alun-alun ini menjadi pusat aktivitas masyarakat yang bukan hanya fungsional, tetapi juga kaya akan makna budaya dan estetika visual.
